This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

Rabu, 02 November 2011

Senja Yang Manis



Senja yang Manis



Dalam temaram bayangan matahari yang mulai beranjak pulang, di suatu desa kecil , seorang wanita muda sedang bermandikan keringat, ia terlihat begitu letih menahan sakit, semua otot-ototnya mengejan, nafasnya terengah-engah. Berulang kali menarik nafas kemudian membuangnya kembali begitu berulang-ulang. Suasana tiba-tiba hening hingga keheningan itu pecah oleh suara tangisan bayi mungil yang cantik. Bayi itu adalah anak pertamanya sekaligus cucu pertama di keluarga itu. Seluruh keluarga menyambutnya dengan penuh suka cita. Tampak raut muka bahagia sang ayah yang tak bisa disembunyikannya. Demikianlah keluarga ini mendapatkan rahmat dari Tuhan yang sungguh luar biasa indah.


Bayi mungil itu telah menjadi sumber kebahagiaan seluruh anggota keluarga, namun hingga satu minggu kelahirannya, ia belum diberi nama. Ayahnya ingin memberi nama Kandi karena begitu tergila-gila dengan tokoh pewayangan yang bernama Sri Kandi, sementara kakek sang bayi ingin memberi nama Jaya, diambil dari namanya Parto Jayadi, dan neneknya juga tidak ingin ketinggalan, sang nenek ingin memberi nama cucunya itu Juminten. Sang nenek ingin cucunya kelak bisa seperti Juminten temannya yang dulu pernah menjadi kembang desa. Sementara ibu sang bayi terlihat bingung, karena masing-masing bersikeras dengan usulannya masing-masing.


“Kandi, Jaya, Juminten, Jaya, juminten, Kandi” ucapnya sambil membolak-balik nama-nama itu. Hingga diambillah kesepakatan bersama, mereka boleh memanggil sang bayi dengan nama-nama yang mereka pilih. Jika sang bayi bersama ayahnya, maka ia dipanggil Kandi, saat bersama sang kakek ia dipanggil Jaya, dan saat bersama neneknya, ia dipanggil Juminten.


Waktu terus berlalu tanpa ada seorangpun yang bisa menghentikannya. Bunga-bunga sudah sering mati lalu bersemi kembali sesuai proses alam. Si bayi kini sudah tumbuh jadi gadis kecil yang cantik dan cerdas. Ia sering mempertanyakan kenapa namanya bisa berbeda-beda panggilannya. Hingga terkadang teman-teman bermainnya bingung memanggilnya. Dan ia juga merasa aneh dengan nama-nama itu. Sementara teman-temannya memiliki nama-nama yang indah seperti bunga, melati, mawar, kenanga, dahlia. Tapi kenapa ia memiliki nama Kandi Jaya Juminten.


Tepat diusianya yang ke 6 tahun, orang tuanya ingin memasukkan ia ke sebuah sekolah di desa. Keributan pun terjadi lagi. Sang ayah ingin anaknya memakai nama Kandi saja, sementara kakek dan neneknya juga bersikukuh memakaikan nama pilihannya itu. Ibunya mengusulkan namanya dijadikan satu, meskipun terasa aneh. Gadis kecil itu menolaknya. Ia ingin mencari namanya sendiri.


Di atas parit kecil dia memandang langit yang bertemaram jingga keemasan, baru sekali itu ia melihat langit begitu indah bak lukisan. Burung-burung yang berterbangan pulang ke sarangnya. Pohon-pohon yang meliuk-liuk diterpa angin, membuat hatinya terasa damai dan tenteram, hingga kemudian…, aha….! Ia bangkit dan berlari menuju rumahnya.


“Ayah! Ibu! Kakek! Nenek!” ucapnya sambil berlari


Mendengar teriakan gadis itu merekapun terkejut, ada apa gerangan dengan anakku ucap ibunya dalam hati.


“Ayah, ibu, kakek,nenek, aku tidak akan memakai nama kalian lagi, aku sudah menemukan namaku sendiri”


Mereka saling pandang tak mengerti apa yang diucapkan gadis kecil itu. Kemudian ibunya mendekat.


“Apa maksud kamu nak?”


“Aku sudah menemukan namaku sendiri bu…”


Kemudian sang kakek bangkit


“Apa nama yang kakek berikan kurang bagus? Ja-Ya.., itu nama yang bagus”


“Juminten itu juga nama yang indah, lihatlah, wajahmu jadi secantik Juminten teman nenek” ucap sang nenek menimpali.


“Tidak-tidak, Kandi itu nama yang paling bagus nak…, ayah ingin kamu seperti Sri Kandi, wanita perkasa dan tidak lemah” Sang ayah pun tak mau kalah.


“Cukup!” ucap sang ibu


“Biarkan ia memilih” ucapnya lagi


“Aku ingin dipanggil Senja, Sen-Ja” ucap gadis kecil itu


“Sen….Ja..!” (hampir bersamaan mereka berucap)


Gadis itu hanya senyum-senyum melihat ayah-ibu dan kakek-neneknya terkejut. Dan sejak saat itu ia dipanggil Senja. Tak ada lagi Jaya, Juminten ataupun Kandi. Yang ada hanya Senja. Yah…, senja yang membuat hatinya begitu damai dan tenteram, senja yang mengantarkan ia terlahir ke dunia ini. Dan ialah Senja…, gadis kecil yang manis dan cerdas, yang berani mengambil sikap dan menyelesaikan masalahnya sendiri.